Monday, May 4, 2009

Menebak cawapres pasangan SBY

Menebak cawapres pasangan SBY

Beberapa hari ini, asyik juga melihat drama politik yg sedang terjadi di negara kita tercinta.

Setelah pagelaran pertunjukan drama pemilu legislatif yang benar-benar hingar bingar, dan penuh dengan kejutan disertai berbagai permasalahan seputar perhitungan suara yang tak kunjung usai.

Nah, mulailah kita memasuki babak baru sebagai bagian dari proses pemilu 2009, yaitu pemilihan calon presiden dan wakil presiden.

Meski hasil rekapitulasi perhitungan suara pemilu legislatif belum usai, namun sementara ini nampaknya 3 besar dikuasai oleh PD, PDI, Golkar.

Koalisi-koalisi pun mulai terjadi diantara para partai untuk kemudian bersama-sama mengusung pasangan capres dan cawapres.

PD dan Golkar yang sebelumnya berpasangan, kelihatannya pecah alias cerai, ada kesepakatan yang tidak tercapai diantara keduanya. Dengan demikian, baik PD dan Golkar akhirnya pun berkoalisi dengan partai-partai lainnya. Padahal, menurut berbagai analisa, pasangan PD dan Golkar adalah pasangan yang sangat serasi untuk menjaga kestabilan politik dalam rangka mencapai kesinambungan pembangunan yang telah dan akan dicapai.

Dari 3 partai besar tersebut, kelihatannya baik PDI maupun Golkar sudah mendekati keputusan akhir mengenai pasangan capres dan cawapres yang akan diusungnya. Golkar mengusung pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto sedangakan PDIP nampaknya mengusung pasangan Prabowo-Puan Maharani.

Terlepas dari berbagai analisa mengenai alasan mengapa dan bagaimana kekuatan koalisi yang dihasilkan oleh masing-masing pasangan yang sudah ada, namun menarik memperhatikan bahwa PD belum juga mengumumkan cawapres yang akan mendampingi SBY

Tersebut di media ada 19 kandidat cawapres yang sedang digodok oleh PD untuk dipasangkan dengan SBY, kandidat tersebut dari professional (Budiono, Sri Mulyani) dan dari partai (Akbar Tanjung, Sutrisno Bahir, Hatta Radjasa, Hidayat Nurwahid, ), dll.

Menilik nama-nama kandidat cawapres yang akan dipasangkan dengan PD, kalo menurut saya, yang paling top kalau SBY berani memilih Akbar Tanjdung sebagai cawapres mendampingi dirinya.

Pertimbangan politis pendapat saya ini didasarkan kepada issue-issue yang menyatakan bahwa di dalam internal partai Golkar sendiri terdapat perpecahan dan tidak terlalu puas dengan kinerja Jusuf Kalla menilik hasil sementara dari pemilu legislatif.


Akbar Tandjung yang saat ini sedang terdepak dari singgasana kekuasaan parttai Golkar dikenal sebagai politikus ulung, pernah menjabat berbagai posisi penting di pemerintahan (Menpora 1988-1993, Menpera 1993-1998, Mensesneg 1998-1999), menjadi ketua DPP Golkar 1998-2004 yang secara bersamaan menjadi ketua DPR RI periode 1998-2004.

Akbar Tandjung bisa dikatakan memiliki profile yang pas untuk dipilih mendampingi SBY, karena didukung oleh pengalaman organisasi, dan pemerintahan (eksekutif dan legislative) yang dimilikinya, Akbar bisa masuk dan berkomunikasi dengan baik dengan semua partai yang memiliki platform berbeda-beda.

Pribadi Akbar yang lebih tenang dalam berpikir, strategic dalam bertindak namun tegas, tentu akan lebih cocok mendampingi SBY daripada Jusuf Kalla yang cenderung meledak-ledak, ceplas-ceplos, sehingga terkesan lebih presiden ketimbang presidennya sendiri.

Ketidakcocokannya kepada Agung Laksono (Ketua DPR-RI saat ini), seseorang yang dianggap telah menghianati dirinya dengan memenangkan Jusuf Kalla sebagai ketua DPP Golkar padahal sudah dibantu oleh Akbar untuk menjadi ketua DPR, adalah sebuah cerita yang dapat dimanfaatkan oleh SBY untuk merangkul kekuatan Golkar dari belakang.

Akbar juga tidak terlalu cocok dengan Jusuf Kalla dan memang terlihat bahwa duet Agung Laksono dan Jusuf Kalla tidak memberikan ruang gerak yang cukup bagi Akbar untuk kembali berpolitik, meskipun Akbar sendiri tidak semerta merta keluar dari Golkar dan bergabung dengan partai politik lain atau membentuk partai politik baru. Entah karena kesetiaan kepada partai yang telah membesarkan dirinya atau karena Akbar menyadari bahwa Golkar adalah sebuah mesin politik yang luar biasa besar yang jika dikelola dengan baik akan menjadi kekuatan yang dapat menguasai baik legislatif maupun eksekutif.

Jika SBY kemudian memilih Akbar Tandjung sebagai cawapres, tentu pertanyaan selanjutnya atas dasar alasan apa, karena Golkar sudah resmi mengumumkan pasangan Capres dan Cawapresnya

Kalau menurut saya, SBY bisa mengajukan Akbar sebagai cawapres dari professional atau calon independen. Dan jika ternyata SBY-Akbar pada akhirnya bisa memenangkan pemilu, menjadi Presiden dan Wakil Presiden untuk masa jabatan 2009-2014, maka Golkar pun tidak akan gegabah dengan lantas memecat Akbar keluar dari Golkar dengan alasan membangkang dari keputusan partai karena menurut prediksi saya, Golkar juga tidak mau kehilangan kesempatan untuk berkuasa secara aktif, sebagian kekuatan Golkar yang selama ini secara diam-diam mendukung Akbar pun akan bersuara dan menunjukkan dukungan resminya kepada Akbar, satu lagi,

Dan jika SBY memang memilih Akbar, tentu ada hutang budi yang tidak akan dilupakan oleh Akbar kepada SBY yang telah membantu Akbar kembali ke percaturan politik. Sehingga, seperti yang secara samar telah disebutkan bahwa kandidat cawapres SBY juga diharapkan mampu mendukung SBY di pemilu 2014 sekiranya dapat terwujud

Sebetulnya masih banyak alasan lain yang membuat saya lebih cenderung memilih pasangan SBY-Akbar dibandingkan kandidat yang lain. Namun, layaknya menonton pertandingan bola MU melawan Indonesia all star Juli nanti, maka saya hanya seorang penonton bola di tribune yang paling atas, sudah terlalu jauh dari lapangan, sudut pandangnya juga terbatas. Pertandingan belum dimulai namun sudah menduga-duga hasil pertandingannya.

Ya kita lihat saja bagaimana bola bergulir, nanti kita analisa lagi hasil pertandingannya.

No comments: