Menganalisa iseng-iseng atau iseng-iseng menganalisa nomor urut dan slogan para Capres dan hubungannya dengan kekalahan atau kemenangan mereka.
Pilpres 2009 akhirnya beres juga, sekarang tinggal menunggu hasil akhirnya saja.
Namun meskipun hasil resminya belum diumumkan tapi hasil quick count menunjukkan bahwa pasangan SBY-Boediono menang telak atau menang mutlak dengan perolehan suara kurang lebih 60%, diikuti runner up pasangan Mega-Prabowo 27% dan yang paling buncit 13% pasangan JK-Win
Kalo dilihat dari angkanya, dan jika nanti hasil KPU tidak berbeda jauh dengan hasil quick count, maka kelihatannya wacana pilpress satu putaran akhirnya terpenuhi.
Semoga saja hasil dari quick count tidak berbeda dengan pengumuman KPU, tidak seperti kasus Jawa Timur beberapa waktu yang lalu, hasil quick count dan hasil pengumuman KPU berbeda, hasil quick count yg menang calon A sedangkan hasil KPU yang menang calon B.
wah kalau terjadi, gimana ya ? masa harus mengulang pemilu di beberapa wilayah Indonesia atau malah seluruh wilayah Indonesia…
Ambil positifnya aja… libur lagi donk… horee…
memang nggak jauh dech mental bangsa kita… ke ke ke…
Sambil menunggu hasil resminya, kayaknya enak juga mikir yang lucu-lucu, mikirin hubungan antara nomor urut dan slogan para capres dengan kemenangan atau kekalahan mereka.
Tentu saja nggak ada data yang akurat, maksudnya tidak memakai ilmu statistik, wong ini cuman pemikiran iseng-iseng aja kok.. xi xi xi…
Sebenarnya sih pikiran ini sudah ada sejak sebelum pilpress, draft tulisannya pun dah dibuat sebelum pilpress, cuman karena sesuatu hal, baru di upload sekarang… :) … nanti juga ketemu alasannya kenapa… ke ke ke ke
Nomor urut
Mentalitas bangsa kita yang terbiasa dijajah, baik oleh bangsa sendiri maupun bangsa lain secara langsung dan tidak langsung telah membentuk mentalitas nomor dua.
Rasa minder, tidak percaya diri dan ketakutan yang telah sekian lama terbentuk membuat kebanyakan dari masyarakat kita kurang memiliki jiwa untuk berkompetisi, tidak mau untuk tampil ke depan.
Semangat gotong royong dan slogan kebersamaan yang salah kaprah, membuat mayoritas bangsa kita enggan untuk tampil berbeda, enggan untuk terlalu menonjol,
Nggak mau menjadi yang pertama, tapi nggak mau juga jadi yg terakhir, pokoke segalanya harus selalu sama-sama.
Jadi kalau dihadapkan pada tiga pilihan, ya sudah bisa ditebak dunk.. secara psikologis ga terlalu percaya diri untuk memilih nomor satu, namun juga tidak mau milih yang buntut.
Slogan
Semua pasti sudah pada tahu khan slogan dari masing-masing capres, dan sesuai dengan teori marketing, khususnya Marketing Communication, bahwa pemilihan slogan yang tepat bisa mempengaruhi persepsi konsumen, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi penjualan produk.
Pro Rakyat
Dengan menginterprestasikan rakyat sebagai wong cilik, petani dan nelayan, slogan ini sepertinya berusaha menggugah CLBK alias cinta lama bersemi kembali.
Tapi, yang gw tangkap, bagi sebagian orang slogan ini cukup menakutkan terutama yang menengah ke atas plus Negara lain, karena seolah-olah akan terjadi “nasionalisasi” dan akan terjadi proses “sosialisme”
Cilakanya, bangsa kita sudah sejak lama didoktrin untuk membenci hal-hal yang berbau sosialis dan komunis, karena akan membawa malapetaka bagi rakyat banyak, akan banyak kerusuhan dan lain sebagainya.
Dan biasanya kalau ada kerusuhan di dalam negeri ini, yang bakal susah juga rakyat kecil, wong yang besar-besar sudah pada kabur ke luar negeri.
Jadi kurang popular dech…
Lanjutkan
Bangsa kita terkenal sebagai bangsa pelupa, entah memang bener-bener pelupa karena kekurangan gizi atau memang ingin melupakan peristiwa yang lalu-lalu, sebagai bagian dari upaya untuk melupakan masa lalu yang kelam untuk tidak menjadi seseorang yang pendendam.
Dan kita pun sudah sejak lama didoktrin bahwa bangsa kita ini kaya raya gemah ripah loh jinawi, ibaratnya lempar kayu dimana saja bisa tumbuh pohon. Jadi buat apa susah susah wong segalanya sudah ada.
Secara tidak sadar, kita sudah berada di sebuah keadaan yang sering disebut dengan “comfort zone” yang membuat kita menjadi kurang kreatif.
Dan itu menjawab pertanyaan kenapa negara-negara yang miskin kekayaan alamnya lebih maju dari pada negara yang kaya raya kekayaan alamnya seperti kita ini… soalnya kita kurang punya “the power of kepepet”
Kombinasi antara pelupa dan comfort zone, membuat kita malas untuk mencoba hal-hal yang baru kalau tidak terpaksa buanget, meskipun mungkin pengalaman masa lalu kita mengajarkan kita untuk melakukan hal tersebut.
Lebih baik dilanjutkan saja yang sudah ada, daripada coba-coba nanti nggak jelas atau malah bikin hidup nggak nyaman lagi…
So, slogan ini lebih mengena di hati mayoritas masyarat kita bukan ?
Lebih cepat lebih baik
Aduuuhh… ini slogan benar-benar melanggar pakem yang ada… sudah jelas-jelas bangsa kita ini menganut paham “kalo bisa dipersulit kenapa harus di permudah…. Kalo bisa diperlambat mengapa dipercepat…”
Ya nggak bakal jadi pilihan favorite lah… bisa mengancam objekan banyak orang, iya tho..
Mungkin ada yang protes dengan mengatakan bahwa “lebih cepat lebih baik” bisa juga berarti melakukan suap atau korupsi supaya sesuatu yang diurus menjadi lebih cepat selesai..
Nah itu die, pan seperti yang sudah dibilang sebelumnya, mentalitas bangsa kita yang enggan di depan, enggan juga di buncit, cenderung cari aman.
Jadi masih malu-malu kucing untuk mengakui bahwa korupsi yang terjadi di negara kita tercinta ini sudah dilakukan secara berjamaah dan menjadi budaya bangsa kita.
Kesimpulannya apa dunk…
Kesimpulannya sih… kalau dipikir-pikir… ternyata rumit juga ya kalau mau kampanye.. harus mikirin banyak hal, mulai dari yang masuk akal sampe yang nggak masuk akal… he he he…..
En jadi ngerti khan knapa tulisan ini baru gw upload sekarang….
alasannya sama kok… cari aman juga… biar nggak digugat.. hua ha ha ha….
http://helallf.wordpress.com/
http://helallf.blogspot.com/
http://helallf.blogdetik.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment