Standarisasi… sinergi dunia pendidikan dengan dunia kerja….
Bah… Sekali lagi bah…
Piye iki… Sudah jam 1 pagi otak tak mau pula diajak kerja sama, sudah nggak mau dicecokin bahan-bahan ujian BSMR…. Ora mudeng mudeng…
Jurus-jurus SKS alias sistem kebut semalam yang jitu diimplementasikan waktu jaman-jaman kuliah dulu kayaknya nggak bisa dipake lagi buat ujian pagi ini
Huh… kalo bukan karena aturan yg mengharuskan untuk mengambil sertifikasi ini, tak mau pula awak bersusah payah menghafal dan menghafal
Macam mana pula ini kawan…. Sudah lelah bekerja, dipecut hingga larut malam…. musti belajar ilmu baru plus menghafal pula..
Ilmu baru ini sebetulnya sangat menarik…. tapi sampeyan tak kasih tau ya… sang instruktur mengajarnya secepat bis malam antar propinsi…. nggak ada pelan-pelannya… ga peduli tikungan atau polisi tidur… hajar bleh…
Mungkin karena dia merasa kita ini semuanya sudah punya dasar atau karena penghematan yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga training yang seharusnya diadakan 5 hari dipadatkan menjadi 3 hari… sigh….
Atau mungkin juga karena kinerja otak yang sudah melambat yang ada korelasinya dengan faktor U (umur) serta sudah dipenuhi oleh utang piutang kerjaan, baik kerjaan kantor maupun kerjaan rumah…
Sempet terlintas untuk bikin contekan….. tapi….. kalau ketangkep or ditegor sama pengawasnya gimana ? malu lah awak nanti di kantor…. apa kata dunia ?
Bah, knapa pula gw jadi berlogat logat campur-campur begeneee. Sudah nggak bener nech… bener bener nggak bener… Terjadi disorientasi di otak gw kayaknya…. dah lah santai dulu…. Kita mikir yg ringan-ringan aja…
Sembari nikmatin lagu-lagu slow bin romantis… gw jadi inget, betapa bahagianya setiap kali ngambil training yang diselenggarakan oleh kantor, sebuah ritual refreshing dan perbaikan gizi yang dibayarin kantor….
Kok bisa begitu ??? karena biasanya diadakan di luar kantor, di sebuah hotel berbintang….
So dah bisa ditebak donk… jauh dari rutinitas kantor dan yang paling penting adalah menu makanan yang biasanya nikzat… nikmat bin lezat.. ke ke ke….
Sekarang sih karena krisis ekonomi yang terjadi, trainingnya dirubah menjadi in-house training… di training centre… Hiks… tapi tetep aja masih lumayan daripada nggak sama sekali khan… xi xi xi
Biasanya di sepanjang training, sebagian besar bahkan mungkin seluruh pesertanya masih sempat melakukan multitasking job, dari mulai menerima telp baik untuk urusan kantor maupun urusan pribadi, masih sempet ketawa ketiwi, browsing ke internet, update facebook, chatting de el el
Tapi untuk training yang satu ini agak berbeda. Hampir seluruh peserta mengikuti training dengan penuh khidmat, bahkan kalau bisa tidak berkedip sama sekali
.
Memandang mulut sang trainer yang bergerak monyong kiri monyong kanan… dengan suaranya yang super cempreng… menyampaikan materi training yang coba disimak dengan seksama…. sementara otak mencoba menangkap bahan-bahan yang disampaikan, merangkainya dalam sebuah bahasa yg gampang dimengerti…. Dan cilakanya… nggak ngerti ngerti juga hua ha ha ha
Entah issue atau bukan namun berita mengenai sanksi administrative yang menghantui berupa turun jabatan dan atau pemotongan gaji membuat semua orang menjadi serius, en berusaha dengan keras… sekeras-kerasnya… supaya bisa lulus diujian nanti, males ngulang lagi karena kalau nggak lulus, selain malu dicela-cela oleh teman2 sekantor…. ngabisin waktu… en ada kemungkinan disuruh bayar sendiri pula buat ngulangnya…..
Tapi bener ya kata para orang bijak.. “Tujuan hidup akan menjadikan hidup lebih berarti dan bermakna tidak sekedar menjalaninya dengan biasa aja…”
Training kali ini menjadi lebih berarti karena tujuannya juga ada… supaya lulus… ga sampe kena sanksi administrative berupa turun jabatan or potong gaji… jadi pada serius khan…… hua ha ha
Belum lagi ujian BSMR itu khan ada levelnya dari mulai level 1, 2, 3, 4 dan 5. Ketentuan apakah kita harus mengambil sertifikasi, minimum level berapa sertifikasinya disesuaikan dengan level organisasi di kantor.
Gw sendiri bingung juga nech… harus bersyukur or ngedumel…. soale secara organisasi, gw harus ngambil BSMR hingga minimum level 2.
Satu aja segini ribet, gimana yg selanjutnya yak ? … just get it done aja dech….
Katanya sih, di 2010, semua karyawan bank yang terkena wajib sertifikasi, harus sudah mencapai level minimum yang disyaratkan, so bisa ketebak dunk, semua ngebut untuk mendapatkan sertifikasi, terutama yang levelnya buanyak tuch, ga kebayang dech, bisa setahun kerjanya cuman training en ujian. Itu kalo langsung lulus, kalo kagak ?
Mulai dech pikiran liar gw berkeliaran, gw jadi inget gegap gempita anak-anak sekolah yang beberapa waktu yang lalu baru menyelesaikan ujian nasional, sama aja khan sebenarnya, berarti gw pun mengalami ujian nasional di industri perbankan.
Nah.. menarik nech tuk dibahas, tentang standarisasi serta sinergi dunia pendidikan dengan dunia kerja.
Standarisasi
Gw termasuk yang setuju dengan adanya standarisasi di dunia pendidikan, jadi mo belajar dimana aja, di pelosok daerah Indonesia mana aja, kualitasnya sama…. Mo belajar di sekolah negeri maupun sekolah swasta, kualitasnya sama…
Ga peduli perubahan sistem politik, mau sentralisasi kek, desentralisasi kek, pokoknya setiap saat semua orang memperoleh hak yang sama untuk bisa mengakses pendidikan dengan kualitas yang sama di mana saja.
Karena dengan adanya perdagangan bebas yang akan diberlakukan di 2010, baik secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan tingkat persaingan yang ada, dan kalau kita tidak siap… walah…. Alamat cilaka dua belas rek !!!!
Masak orang Indonesia hanya mampu mengisi level managerial menengah ke bawah atau posisi-posisi pekerja kasar, atau bahkan menjadi penonton saja ???
Masak produk-produk kita hanya sekedar menjadi barang nomor dua dan atau menjadi barang pengganti kalo terpepet saja sih ???? seperti yang saat ini sudah terjadi…
Betapa rakyat Indonesia akan kembali lagi memasuki masa kelam masa penjajahan meskipun dalam bentuk yang berbeda, yaitu penjajahan ekonomi, akibat kesalahan bangsa kita sendiri tidak mempersiapkan SDM-nya untuk bersaing secara regional dan global.
Jika kita melihat dalam kerangka wawasan nusantara, Indonesia Raya tercinta… cie….. maka kita harus berpikir gimana caranya memajukan SDM di seluruh pelosok negeri agar bisa bersaing, dan untuk itu, standarisasi perlu dilakukan.
Harus ada sebuah standard minimum yang sama di seantero negeri, dan kalaupun karena kemampuan keuangan seseorang itu berlebih sehingga dia bisa memperoleh pendidikan yang lebih dari standard ditentukan, itu mah sah sah aja.
Tapi minimal, dengan standard minimum yang diberlakukan, sudah bisa meningkatkan daya saing pemuda Indonesia, sudah mampu menghadapi persaingan yang ada.
Pertanyaan ajaibnya khan, knapa harus memikirkan orang banyak ga diri sendiri aja ?
Soale di suatu titik, kita nggak bisa lagi individualisme, karena kalau sebagian besar rakyat Indonesia susah… cepat atau lambat semuanya akan merasakan susah juga… angka pengangguran bakal melonjak tinggi, tingkat kejahatan merambat naik, tiap hari ada demo, kerusuhan, dll… kecuali kalo harta kita akeh tenan (buanyak sekali) sehingga bisa pindah dari satu Negara ke Negara lain.
Tapi sebaliknya kalau banyak rakyat Indonesia makmur, tentu akan banyak lapangan kerja baru, pengangguran berkurang, tingkat kejahatan menurun tajam… everybody happy and no body get hurt….
Pemerintah, dalam hal ini Dep Pendidikan sangat memegang peranan penting dalam rangka membangun infrastruktur pendidikan baik fisik maupun non fisik (regulasi, dll) yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan kompetensi bangsa dalam rangka menghadapi tantangan regional dan global baik saat ini serta masa yang akan datang.
Standarisasi dunia pendidikan dalam bentuk ujian nasional yang menentukan standard kelulusan minimum yang sama di seantero negeri, dengan menggunakan soal yang sama di seantero negeri adalah salah satu bentuk applikasi peranan pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM Indonesia.
Ga peduli mo gimana cara belajarnya… mo sambil ngangon kambing kek, mandiin kerbau kek, jaga sawah en ladang kek… de el el… tapi ketika mengikuti ujian nasional bisa menjawab dan lulus.
Dan jika perlu, tiap tahun ditingkatkan nilai standard kelulusannya supaya SDM kita semakin siap untuk bersaing di kancah persaingan regional serta global.
Memang awalnya pasti berat, tapi itu harus dilakukan untuk menyelamatkan bangsa ini ke depan.
Dimana ada kemauan disitu ada jalan… For better humanity.. Cie…..
Dan sebetulnya dengan adanya standarisasi pendidikan dalam bentuk penerapan ujian nasional, secara tidak langsung juga mendukung upaya-upaya mempertahankan NKRI… apalagi di era otonomi daerah saat ini… ***dah mau tujuh belasan nech.. ke ke ke***
Standarisasi pendidikan juga bisa mengurangi kemacetan di kota-kota besar, mengurangi urbanisasi dan masih banyak hal positif lainnya.
Ngapain jauh2 pergi dari Papua ke Jakarta untuk belajar, kalau kualitasnya sama saja ?
Ngapain berangkat pagi2 dari rumah untuk mengejar sekolah favorite kalau sekolah yang dideket rumah punya kualitas yang sama. Kalo nggak karena sesuatu yang sangat significan mending pilih yang deket rumah tho…
Belum lagi dukungan dari kemajuan teknologi informasi yang semakin hari semakin canggih, dan penetrasinya yang semakin luas di masyarakat, sehingga kedepan semua orang bisa belajar dari mana aja, di mana aja, jam berapa aja, tinggal ikut ujian nasionalnya aja tho….
Jadi ada cara yang tradisional, ada cara yang digital…. Tapi diujungnya tetep sama ada standard kelulusan yang sama sehingga menghasilkan kualitas yang minimum sama, sisanya terserah masing-masing pribadi.
Sinergi dunia pendidikan dengan dunia kerja
Gw jadi mikir, kalau sekarang untuk ikut ujian sertifikasi BSMR masih dibayarin oleh kantor, gimana nanti ya ? setelah batas waktu berakhir… setelah 2010 ?… setelah semuanya diasumsikan telah menyelesaikan dan mengambil sertifikasi BSMR seperti yang disyaratkan.
Apakah nanti memiliki sertifikat BSMR menjadi salah satu syarat wajib ketika melamar perusahaan yang bergerak di industri keuangan ?
Mengambil contoh seperti yang dialami oleh para pekerja IT khususnya networking, salah satu syarat yang tertulis di iklan-iklan lowongan kerja adalah memiliki minimal sertifikasi CCNA.
Sesuatu yang tidak diajarkan di kampus namun sudah menjadi sesuatu yang umum yang harus dimiliki jika ingin melamar kerja di bidang IT khususnya networking.
Coba aja kita itung duitnya… kurang lebih 5 juta buat ikutan trainingnya, 2 juta buat ikut ujiannya.. jadi total jendral sekitar 7 juta buat mendapatkan sertifikasi tersebut, itu baru yang level terendahnya, gimana yang level selanjutnya.
Dan masih banyak contoh-contoh lain yang saat ini terjadi di dunia nyata, yang menunjukkan gap yang terjadi antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, semakin membuktikan bahwa para lulusan kampus belumlah siap pakai seperti yang diharapkan, dan mereka harus mengeluarkan uang lagi untuk mendapatkan sertifikasi keahlian yang disyaratkan.
Adalah harapan semua orang tua, ketika anaknya masuk ke sebuah universitas, maka ketika lulus bisa langsung memperoleh kerja, tapi nyatanya saat ini ?
Terlalu banyak un-expected costnya…. Kesian ya para orang tua kita dulu.. dan kita nantinya… hiks…
Mengutip pernyataan ajaib temen gw bahwa prosesi wisuda sama dengan proses pernikahan…. Dimana elo menjadi raja sehari saja… bedanya yang satu pake baju nikah yang satu lagi pake baju toga….
sebuah symbol perpindahan dari pelajar ke pengangguran…
tragis banget yak… Tapi dapat dimaklumi pernyataan ajaib tersebut jika kita melihat kenyataan yang ada… meskipun nggak semua orang sih.. khan ada juga yang jadi raja berhari-hari.. ke ke ke….
Padahal ya… Kalau kita bicara dengan menggunakan framework teori diamond-nya Michael porter mengenai keunggulan daya saing suatu bangsa… eh.. tau khan sapa Michael porter… itu loh.. saudaranya Harry Porter… hayah ngaco.. xi xi xi
Salah satu dari 4 diamondnya Michael Porter (sisanya baca sendiri yak) adalah related and supporting industri, atau industri-industri yang berhubungan dan mensupport industri utama. Gampangnya nech, sebuah industri bisa maju kalo mendapat dukungan dari industri lain yang sesuai.
Jadi sinergi antara dunia pendidikan dan dunia kerja sangat dibutuhkan supaya para lulusan universitas dapat langsung terjun ke dunia kerja tanpa harus mengeluarkan uang tambahan lagi dan perusahaan-perusahaan bisa mendapat sumber daya seperti yang diinginkan dan dibutuhkan untuk menghadapi persaingan yang ada.
Standarisasi… sinergi dunia pendidikan dengan dunia kerja…
Wah… Kalau benang merah pendidikan tercipta dari mulai pendidikan yang paling rendah hingga pendidikan yang paling tinggi, didukung adanya standard nasional yang mencerminkan keunggulan daya saing dan terjadi sinergi yang sangat kuat antara dunia pendidikan dan dunia kerja…
Mungkin biaya pendidikan kita bisa lebih murah…
Mungkin akan lebih banyak produk dan jasa kita yang mendunia….
Mungkin ga terlalu banyak orang-orang asing berseliweran menguasai high level management di negeri kita tercinta…
Mungkin juga nggak terlalu banyak penghianat-penghianat keilmuan macam gw ini…. Kuliahnya teknik sipil… kerjanya di Bank di bagian IT pula… hua ha ha ha….
Ternyata ya…. kalau dipikir-pikir…. problem pendidikan kita tidak semudah yang dibayangkan atau malah sebaliknya… tidak serumit yang dibayangkan… hua ha ha… look whose talking… every body can be a good commentator rite… xi xi xi
Kalo kata Gus Dur…. Gitu aja kok report….
Selesaikan saja dengan prinsip seorang konsultan…. your problem is our opportunity….
Huah,,, jam berapa nech…. Mulai ngantuk… walah.. dah jam 6 pagi !!!! gawat !!! ujian jam 10.. belum hapal semua nech…. Gimana dunk…. !@#!@$!@#@#!$@!
http://helallf.wordpress.com/
http://helallf.blogspot.com/
http://helallf.blogdetik.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment